Kenali dan Selamatkan Siswa dari Narkoba
Minggu lalu kami berkesempatan mengunjungi ruang kerja Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Surabaya. Kami bermaksud mendampingi tim jurnalistik SMP Taruna Jaya untuk melakukan dialog secara langsung dengan Kasat Reskoba Polrestabes Surabaya, AKBP Roni Faisal Saiful Faton. Setelah menyimak penjelasan dari Kasat Reskoba, kami pun menjadi terhenyak mendengar beberapa kasus penyalahgunaan narkoba yang terjadi dewasa ini.
Upaya perang terhadap narkoba ini, ternyata masih memerlukan banyak energi dan perhatian dari semua pihak. Tak terkecuali bagi lembaga pendidikan. Dalam hal ini, SMP Taruna Jaya I Surabaya memang telah menunjukkan komitmennya untuk terus melakukan kampanye dalam menghalangi peredaran dan penggunaan narkoba, khususnya pada remaja setingkat SMP. Mengapa narkoba masih marak terjadi? Dikatakan oleh AKBP Roni Faisal, bahwa faktor ekonomi merupakan penyebab yang besar. "Harga sekilo di Malaysia bisa Rp. 200 juta, tapi setelah sampai di sini, itu bisa jadi Rp. 1 - 1,5 miliar. Tentu ini bisnis yang sangat menguntungkan", demikian ungkap Kasat Reskoba Polrestabes Surabaya. Selain itu, faktor pergaulan adalah hal lain. Menurut AKBP Roni Faisal, naluri remaja memang ingin mencoba. Mereka memiliki rasa ingin tahu yang besar, sesuai fase usianya.
Hal ini seiring dengan penjelasan dari National Institute on Drug Abuse (2014) yang menyampaikan bahwa remaja bersinggungan dengan narkoba, akibat beberapa hal. Pertama, agar mereka merasa "to fit in". Jadi, mereka menggunakan narkoba karena telah melihat teman atau orang lain yang sedang menggunakan narkoba. Agar juga bisa diterima dalam komunitas tersebut, akhirnya seorang siswa pun, dapat masuk ke dalam lingkaran sosial, dimana ia bergaul dengan mereka yang sebelumnya telah menggunakan narkoba. Mereka takut tidak akan diterima, jika tidak turut menggunakannya. Kedua, agar merasa enak atau nyaman. Masih ingat lagu "I feel good" dari James Brown? Nah, penyalahgunaan narkoba dapat memaksa otak untuk menghasilkan perasaan senang. Merasakan euforia, yang melebihi dari perasaan yang sebenarnya, dapat dimanipulasi melalui penggunaan jenis obat tertentu, berikut cara atau dosis penggunaannya.
Beberapa remaja, juga mulai berhadapan dengan permasalahan yang sebelumnya mungkin belum pernah ia hadapi. Di usianya, untuk pertama kali, mungkin mereka akan berhadapan dengan masalah percintaan, pertemanan, atau beban tugas yang lebih berat. Hal ini membuat mereka bisa menderita depresi, stres, kecemasan sosial, atau bahkan luka fisik. Nah, dalam hal ini, penyebab ketiga menyodorkan narkoba agar siswa dapat mereasa "feel better". Penyalahgunaan narkoba, dimungkinkan untuk mengurangi perasaan tertekan yang dialami remaja. Stres, dinyatakaan memainkan peran penting bagi pecandu narkoba, yang kemudian kambuh lagi. Mereka yang stres, tentu ingin segera lepas dari perasaan tertekan tersebut. Alasan keempat adalah "to do better". Perlu diketahui, bahwa di era sekarang ini, kondisi masyarakat sangatlah kompetitif. Untuk memilih sekolah terbaik, para siswa harus berkompetisi. Untuk dapat kuliah, juga harus berkompetisi. Demikian pula saat mencari pekerjaan, mereka juga terlebih dahulu harus berkompetisi. Hal ini kemudian melahirkan tekanan agar kita bisa tampil atletis dan bernuansa akademik. Langkah pintasnya, adalah dengan menggunakan narkoba untuk dapat meningkatkan kinerja.
Hal kelima, adalah "to experiment" atau coba-coba. Hal ini kebanyakan hadir di sekitar remaja, karena mereka termotivasi untuk mencari pengalaman baru. Remaja akan merasa tertantang, jika ada sesuatu yang mendebarkan atau menawarkan sensasi tersendiri. Dalam hal ini, alkohol dan merokok, adalah salah satu awal penyalahgunaan yang dilakukan oleh remaja. Hal lain, terjadi pada obat-obatan yang dijual bebas, dengan tanpa resep dokter. Jika digunakan dalam dosis tertentu, bisa dimungkinkan dapat melahirkan sensasi yang diharapkan oleh remaja. Pengalaman tersebut, akan dengan mudah tersebar melalui gadget yang kini ada di genggaman tangan mereka. Beberapa obat yang mengandung amphetamine, termasuk salah satu contoh penyalahgunaan yang dilakukan oleh remaja.
Lantas, apa bahaya narkoba? Kecanduan akan terjadi, ketika siswa menggunakannya berkali-kali, sehingga membuat fungsi otak berubah. Pecandu, kemudian akan merasa seperti tersiksa dan trauma, jika tidak kembali mengkonsumsi narkoba. Namun demikian, jika kembali dikonsumsi, maka akan terjadi resiko kerentanan genetik, kerusakan fungsi otak, gangguan psiko sosial, hingga kerusakan tubuh secara fisik. Akibatnya, tentu sang remaja tidak akan mampu mengisi hidupnya dengan kegiatan positif, yang sebenarnya dibutuhkan sebagai modal baginya di masa depan, untuk meraih cita-citanya. Jika mengalami resiko gangguan, tentu para remaja tak akan berkesempatan untuk meraih cita-citanya. Tujan hidup menjadi terhalang, dan masa depan menjadi kian muram.
Hal penting yang patut diingat oleh remaja, bahwa waktu tidak berputar mundur. Artinya, semua kesalahan dan kekhilafan, dapat dengan mudah diperbaiki, jika ada kesadaran dan kemauan untuk berubah dengan cepat. Jika terlalu lama, dan kemudian terjadi tragedi, maka hanya akan ada penyesalan di ujung jalan. Resiko dibina dalam penjara, terkena penyakit menular yang mematikan, kematian akibat overdosis, terlibat dalam aksi kejahatan, kecelakaan lalu lintas, serta beberapa kerusakan dan gangguan yang lain, tentunya bukan hal remeh. Penyesalan jangan dibiarkan terjadi, para siswa harus mampu menjaga lingkungannya.
Seperti telah dikatakan oleh AKBP Roni Faisal, para siswa dan guru wajib untuk berperan serta dalam mengenali perubahan yang dialami oleh anak didik. Jika ada ciri-ciri yang mencurigakan, perlu segera dilakukan penanganan khusus. Ada banyak penanganan yang dapat dilakukan di sekolah. Merujuk pada artikel milik Cathy Taughinbaugh (2017) bahwa terdapat beberapa langkah yang dapat membantu para remaja yang telah menyalahgunakan narkoba. Seperti yang telah dilakukan oleh SMP Taruna Jaya bersama Satuan Reskoba Polrestabes Surabaya dan beberapa pihak lain, kita dapat melakukan komunikasi dan mendengarkan mereka. Hal ini penting, mengingat para remaja juga perlu untuk didengar. Selain kita berkewajiban untuk menyampaikan resiko penggunaan narkoba, kita juga wajib untuk menjadi pendengar yang baik. Mereka diharapkan dapat mengadu kepada kita, ketika merasa tertekan, dan menjadi pendukung mereka saat ingin menghindar dari narkoba.
Memberikan perlakuan yang baik kepada remaja, diharapkan juga akan mampu melahirkan rasa hormat yang diberikan oleh remaja kepada guru atau orang tua. Guru dan orang tua, juga disarankan agar sering mengajak remaja berdiskusi dan mengobrol hal-hal ringan. Mereka dapat diajak makan bersama, sembari menyisipkan harapan orang tua dan guru, terhadap mereka. Agar dapat menjalin komunikasi, perbanyak keikutsertaan siswa dalam sebuah pekerjaan atau proyek bersama guru atau orang dewasa yang patut diusulkan sebagai figur panutan. Hal ini dapat menjadi pintu, selain untuk mengajari anak, juga dapat menjalin hubungan yang kuat, sehingga mereka memahami tanggung jawab dan kepercayaan yang kita amanahkan kepada remaja.
Mengenali teman dari anak kita, atau mengenali pihak luar yang berhubungan dengan para siswa di sekolah, adalah usaha guru dan orang tua untuk dapat terus terhubung dengan dunia remaja. Jika penampilan atau perilaku fisik mereka berubah, segera mencari informai dari teman terdekatnya. Dalam hal ini, guru dan orang tua dapat mendorong remaja untuk belajar mandiri dan membangun kepercayaan diri mereka, dengan tetap memaparkan upaya kita dalam menjaga keselamatan mereka. Pemahaman terhadap resiko penyalahgunaan narkoba, harus juga dibarengi dengan konsistensi dan batasan yang diberikan oleh kita sebagai orang tua. Bertindak tegas, bukanlah aktivitas untuk melakukan konfrontasi, sehingga perlu dilakukan dengan tenang dan tidak bersikap emosional. Pada akhirnya, sebagai guru dan orang tua, perlu untuk bersedia menerima anak atau siswa kita apa adanya, dan bangun harga diri dan kepercayaan dirinya. Pada ujungnya, remaja harus mengetahui bahwa kita memiliki rasa bangga dan rasa cinta yang luas kepada mereka. Pererat rasa itu, melalui pelaksanaan ritual keagamaan secara bersama-sama. Pada akhirnya, berdoa adalah benteng yang harus dikenakan oleh orang tua dan guru, kepada setiap anak didiknya. Semoga bangsa Indonesia dapat segera terbebas, dan memenangi peperangan terhadap narkoba. Stop Narkoba! Say No, to Drugs!
Yuniawan Heru Santoso
Ketua Pengurus
Yayasan Pendidikan Taruna Jaya