Pendekatan Pendidikan di SMP Taruna Jaya I Surabaya

Bidang Pendidikan Taruna Jaya, 08-07-2013


SMP Taruna Jaya I Surabaya menggunakan konsep pendidikan berbasis lingkungan (environmental education) untuk menterjemahkan konsep umum sekolah yang menjiwai seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi Sekolah. Hal tersebut merujuk pada dokumen pendidikan berbasis lingkungan yang telah diterbitkan oleh Divisi Sains, Teknik dan Pendidikan Lingkungan - UNESCO. Pendidikan berbasis lingkungan berusaha memacu kesadaran dari para generasi muda terhadap permasalahan informasi, analisis, dan interpretasi terhadap pembangunan dan lingkungan. Pendidikan yang dijalankan merupakan refleksi dari nilai-nilai budaya nasional, prioritas, dan tujuan sosio-ekonomi bangsa Indonesia.

Pendidikan jenis ini (environmental education), berbasis pada ilmu pengetahuan lingkungan, serta pelaksanaan pendidikan yang menaruh perhatian terhadap aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya dan politik pembangunan secara berkelanjutan. Dalam hal ini, juga akan ditarik hubungan kerjasama antara wali murid dan masyarakat dalam lingkungan pendidikan, sebagai wujud keterlibatan orang dewasa dalam melaksanakan pendampingan remaja. Fokus pada pembelajaran praktis di dunia nyata, sehingga pendidikan lingkungan (environmental education) dapat membantu sekolah untuk mengatasi sasaran umum pendidikan, hingga mengaitkan diri terhadap nilai-nilai dan pengembangan keterampilan khusus.

Sehubungan dengan pendekatan yang dilakukan, konsep environmental education merupakan rujukan dasar yang digunakan untuk membangun dan menterjemahkan visi, misi dan tujuan sekolah. Pendekatan lain yang dilaksanakan, hanya merupakan penunjang, namun tetap harus memiliki sinkronisasi langkah dengan keberadaan konsep pendidikan berbasis lingkungan. Adapun basis lingkungan yang dimaksud, antara lain mencakup lingkungan pembelajaran di kelas, lingkungan pengetahuan di laboratorium dan sekolah, lingkungan komunitas di sekolah, serta lingkungan sosial-ekonomi-budaya-politik di luar sekolah.

Pendidikan berbasis Lingkungan

Pada proses belajar mengajar, SMP Taruna Jaya I mengadopsi pendekatan multiple intelligences yang diharapkan mampu memberikan warna pendidikan dan pengajaran, agar dapat lebih atraktif. Pendekatan tersebut dijalankan, agar SMP Taruna Jaya I Surabaya benar-benar mampu untuk mencetak lulusan yang inovatif dan berkompeten. Selain itu, pendekatan ini dipilih berdasarkan kesesuaian visi dengan Dinas Pendidikan Kota Surabaya dan peluang sinkronisasi terhadap konsep sekolah yang mengusung pendidikan berbasis lingkungan (environmental education).

Pendekatan Belajar Mengajar

Melalui pendekatan multiple intelligences, sekolah diharapkan mampu memelihara potensi kecerdasan yang ada pada diri siswa sebagai manusia, agar bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dalam bidangnya masing-masing. Penggunaan pendekatan multiple intelligences ini, diharapkan masih dapat berpadu padan dengan rel pembelajaran integratif yang akan digunakan sebagai jembatan komunikasi antar area lingkungan sekolah. Secara umum, para siswa akan dirangsang untuk mengolah kecerdasan melalui gerakan anggota badan, logika matematika, bahasa, spasial, musik, kemampuan interpersonal, hingga intrapersonal.

Di sisi lain, SMP Taruna Jaya I juga menyadari bahwa pembelajaran integratif berusaha untuk menciptakan arena pembelajaran yang terintegrasi, dan saling terhubung antar satu mata ajar dengan yang lain. Oleh karena itu, para siswa SMP Taruna Jaya I Surabaya, diharapkan dapat melihat korelasi antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dan siswa didorong untuk dapat menghubungkan basis-basis pengetahuan yang ada di lingkungan pendidikannya. Dengan kata lain, siswa tergerak untuk menghubungkan antara ide dan pengalaman yang diambil dari lingkungannya (dalam maupun luar sekolah), untuk kemudian disintesiskan dan diterima sebagai pelajaran baru.

Sehubungan dengan kerangka konseptual, pembelajaran integratif merupakan pemahaman dan disposisi tentang siswa yang akan didorong untuk terlibat dalam seluruh kegiatan kurikulum dan ko-kurikulum. Mulai dari membuat koneksi sederhana antar ide, hingga menuliskan pengalamannya untuk melakukan sintesis dan mentransfer pembelajaran yang baru, melalui situasi yang kompleks, baik itu yang berada di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.

Pembelajaran integratif bermaksud menghubungkan siswa terhadap pengalaman. Dalam hal ini, sekolah akan dapat memediasi siswa agar dapat terhubung dengan pengalaman yang relevan dengan pengetahuan akademik yang ia peroleh. Selain itu, siswa juga diajak untuk melakukan lintas perspektif dari pelbagai mata ajar yang telah diperoleh sebelumnya. Melalui "komunikasi pembelajaran" semacam ini, organisasi sekolah diharapkan dapat melakukan adaptasi dan menerapkan keterampilan, teori, kemampuan, atau metodologi pada suatu kondisi tertentu.

Lain dari itu, pembelajaran integratif diharapkan akan tampil sebagai media integrasi komunikasi antara siswa dengan pihak sekolah, yayasan, komite sekolah, wali murid, pemerintah, hingga masyarakat pemerhati pendidikan. Memupuk seluruh elemen organisasi agar dapat mengembangkan diri, serta membangun pengalaman sebagai respon terhadap suatu konteks baru yang reflektif, kreatif dan menantang.